DAMPAK PEMANFAATAN SISTEM E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SDM
DAMPAK
PEMANFAATAN SISTEM E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SDM
Pengertian
E-Learning Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris:
Electronic Learning disingkat E-Learning) merupakan cara baru dalam proses
belajar mengajar. ELearning merupakan dasar dari konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Menggunakan e-learning,
peserta ajar (learner) dapat berperan aktif dalam pencarian informasi maupun
pengetahuan baru. Salah satu dari definisi dari e-learning diberikan oleh
Gilbert dan Jones yaitu pengiriman materi pembelajaran melalui media elektronik
seperti internet, intanetekstanet, satelit broadcast, audio/video tape,
interactive TV, CD Room, dan computer based training (CBT). E-Learning adalah
sistem pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai alat untuk
membantu kegiatan pembelajaran. Implementasi penggunaan e-learning yang ada
pada saat ini sangat bervariasi, namun semua itu didasarkan pada prinsip atau
konsep bahwa e- learning yang dimaksud sebagai upaya pendistribusian materi
pembelajaran melalui media elektronik atau internet.
Menurut bahwa terdapat tiga karakteristik penting dalam pembelajaran e-learning:
Menurut bahwa terdapat tiga karakteristik penting dalam pembelajaran e-learning:
· Pertama, e-learning berkaitan dengan jaringan elektronik yang
memungkinkan informasi dan instruksi disampaikan.
· Kedua, e-learning disampaikan pada learner mengggunakan komputer
dengan teknologi internet.
· Ketiga, pada solusi pembelajaran yang melebihi pelatihan
tradisional termasuk penyampaian informasi dan alat untuk meningkatkan kinerja.
Pengertian Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan dan Pengembangan merupakan kegiatan
yang bermaksud memperbaiki dan mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan, dan
pengetahuan para karyawan sesuai dengan keinginan perusahaan. Pelatihan dan
pengembangan ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi kerja
para karyawan.
Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja adalah
hasil atau tingkat keberhasilan seseorang atau keseluruhan selama periode
tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemingkinan,
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Menurut bahwa:
“kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”. Menurut0020kinerja karyawan adalah hasil proses pekerjaan
tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi
yang bersangkutan.
MENYAMBUT TEKNOLOGI INFORMASI DALAM DUNIA
PENDIDIKAN
Dengan melihat dan memahami gelombang inovasi
teknologi informasi, maka semakin tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi
informasi sangat baik untuk diterapkan dalam suatu organisasi. Organisasi yang
dimaksud adalah dalam sekup luas, bisa organisasi bisnis, organisasi sosial,
bahkan organisasi di bidang pendidikan. Salah satu organisasi yang menyambut
baik perkembangan teknologi informasi ini adalah organisasi pendidikan baik itu
sekolah dasar, menengah, sekolah tinggi, institute, universitas, dan
institusi-institusi lain di bidang pendidikan. Sambutan yang baik tersebut
dibuktikan dengan banyaknya Sistem Informasi Akademik yang diterapkan oleh
sekolah dan Universitas untuk memudahkan siswa, mahasiswa, guru, dosen, dan
seluruh civitas akademika melakukan transaksi di bidang pembelajaran.
Teknologi informasi mampu memberikan kemudahan
pihak pengelola menjalankan kegiatannya dan meningkatkan kredibilitas dan
akuntabilitas sekolah dimata siswa, orang tua siswa, dan masyakat umumnya.
Penerapan teknologi informasi untuk menunjang proses pendidikan telah menjadi
kebutuhan bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi
ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi
manajemen pendidikan. Keberhasilan dalam peningkatan efisiensi dan
produktivitas bagi manajemen pendidikan akan ikut menentukan kelangsungan hidup
lembaga pendidikan itu sendiri.
Penghematan waktu dan kecepatan penyajian
informasi akibat penerapan teknologi informasi tersebut akan memberikan
kesempatan kepada guru dan pengurus sekolah untuk meningkatkan kualitas
komunikasi dan pembinaan kepada siswa. Dengan demikian siswa akan merasa lebih
dimanusiakan dalam upaya mengembangkan kepribadian dan pengetahuannya.
Manfaat
dari penerapan teknologi informasi di institusi pendidikan menurut Juniwati
dalam (http://www.kamadeva.com/index-menu-news-newsid-tiduniapendidikan.htm.)
adalah:
· Penyimpanan dan pengolahan data siswa, staf, keuangan, dan asset
sekolah
· Analisis perkembangan kinerja siswa, guru, dan sekolah dari
periode ke periode
· Penyediaan informasi tentang perkembangan studi siswa kepada
Guru Wali dan Orang Tua
· Penyediaan informasi untuk mendukung pelaporan kepada Kantor
Dinas Pendidikan yang terkait dengan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Badan
Akreditasi Sekolah (BAS)
· Pengolahan data menjadi informasi untuk mendukung pengambilan
keputusan
· Pengelolaan perpustakaan termasuk katalogisasi buku-buku,
penelusuran buku, proses peminjaman dan pengembalian buku, status keberadaan
buku, dan penetapan jumlah denda.
· Penyediaan komunikasi yang berupa instant messaging kepada
stakeholder-nya dengan memanfaatkan teknologi internet dan teknologi komunikasi
nirkabel.
Melihat perkembangan teknologi informasi yang
luar biasa cepat serta penggunaannya yang sangat banyak diminati khususnya oleh
organisasi pendidikan memunculkan beberapa dampak positif dan negatif. Menurut
Rochaety (2005:75-76) dampak positif diadakannya dan diterapkannya teknologi
informasi pada organisasi pendidikan adalah kinerja organisasi lebih efisien
karena teknologi informasi dapat menghapus posisi penyambung komunikasi dari
dua tempat yang berkepentingan, juga menghapuskan batas waktu untuk operasi
internasional. Selain itu, siswa atau mahasiswa bisa melaksanakan pembelajaran
dengan berbasis internet yang biasa disebut dengan e-learning sehingga
pembelajarannya lebih praktis dan hasil atau mutu dari pembelajarannya tidak
kalah bagus dengan pembelajaran klasikal. Namun, dampak negatif yang
dimunculkan dari diterapkannya teknologi informasi ini di organisasi pendidikan
adalah terjadinya pengurangan tenaga kerja karena pekerjaan yang dulunya dikerjakan
oleh manusia sudah tergantikan oleh teknologi inforasi yang berkembang. Hal ini
akan menyebabkan menambahnya angka pengangguran.
Dari berbagai uraian di atas, penulis dapat
menarik suatu gambaran bahwa teknologi informasi yang berkembang luar biasa
cepat ini membawa dua dampak yaitu positif dan negatif. Namun, terlepas dari
dampak tersebut, terlihat bahwa berbagai organisasi khususnya organisasi
pendidikan menyambut dengan baik perkembangan teknologi informasi. Hal ini
dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya sekolah dan universitas yang
menerapkan teknologi informasi. Keputusan yang diambil oleh sekolah dan
perguruan tinggi dalam menerapkan teknologi informasi memang sangat baik
apabila disesuaikan dengan kondisi dari sekolah atau universitas karena memang
banyak sekali manfaat serta dampak postif yang diperoleh dari penerapan
teknologi informasi. Namun, sekolah dan universitas juga harus mempersiapkan
strategi untuk menghadapi dapak negatif dari penerapan teknologi informasi
yaitu pengurangan tenaga kerja yang nantinya berimbas pada meningkatnya angka
pengangguran. Untuk itu, diperlukan suatu strategi untuk mengatasi maslah
tersebut. Salah satu caranya adalah memadukan antara teknologi informasi dengan
sumber daya manusia agar tidak terjadinya peningkatan pengangguran.
· MODEL PEMBELAJARAN DENGAN E-LEARNING
Metode pembelajaran tradisional saat ini
memerlukan sebuah perubahan dalam kaitannya dengan proses adaptif dan
mempersiapkan para peserta didik agar siap menjadi knowledge workers, dimana
ilmu pengetahuan menjadi faktor yang sangat penting. Berdasarkan penelitian
UNESCO dan World Bank (Rochaety, 2005:76), pada negara berkembang sangat
diperlukan adanya perubahan pendekatan dan paradigma pembelajaran. Apabila
tidak dilakukan, maka negara berkembang tidak akan mampu bersaing di era
ekonomi yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Pada era ini mengharuskan para
pekerjanya secara cepat menemukan berbagai informasi yang diperlukan serta
mempergunakan informasi tersebut untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi. Oleh karena itu, muncullah model pembelajaran e-learning.
Pembelajaran e-learning ( Rochaety, 2005:76)
adalah perpaduan antara metode tatap muka dengan metode online (via internet
dan berbagai pengembangan teknologi informasi lainnya). Sedangkan dalam blog
e-learning, e-learning merupakan suatu sistem pembelajaran dengan
menggunakan peralatan tambahan untuk dapat menggunakannya dalam hal ini yang
digunakan adalah komputer serta software penunjang lainnya seperti adobe
macromedia flash player dan java. Jadi, dari pendapat di atas, maka dapat
diambil simpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran e-learning adalah
suatu model pembelajaran secara konvensional yang dipadukan dengan teknologi
informasi sehingga mempermudah siswa dalam penerimaan materi ajar.
Proses pembelajaran secara online dapat
dilakukan dengan cara berikut :
· Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to
face meeting) dengan tambahan pembelajaran melalui media interaktif komputer
via internet atau menggunakan grafik interaktif komputer.
· Dengan metode campuran, yakni secara umum sebagian besar proses
pembelajaran dilakukan melalui komputer, namun tetap juga memerlukan face to
face meeting untuk kepentingan tutorial atau mendiskusikan bahan ajar.
· Metode pembelajaran yang secara keseluruhan hanya dilakukan
secara online, metode ini sama sekali tidak ditemukan face to face meeting.
Model pembelajaran yang dikembangkan melalui
e-learning menekankan pada resourse based learning, yang juga dikenal dengan
learner-centered learning. Dengan model ini, peserta didik mampu mendapatkan
bahan ajar dari tempatnya masing-masing. Keuntungan model pembelajaran seperti
ini adalah tingkat kemandirian peserta didik menjadi lebih baik dan kemampuan
teknik komunikasi mereka menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Resourse
based learning dilengkapi dengan virtual library dan call center. Komitmen
terhadap model pembelajaran tersebut ditentukan dengan formula pada tahun
pertama peserta didik hanya mendapatkan bahan ajar melalui CD-ROM, tahun kedua
hingga tahun keempat mereka mendapatkan bahan ajar melalui website. Kemudian
dikembangkan lagi ke sistem instruksi yang berbasis jaringan yang disebut
Virtual Online Instructional Support Sistem (VOISS). Dengan VOISS, peserta
didik dimungkinkan untuk mendownload tugas-tugas, membaca arahan dari staf
pengajar, mengikuti kuis secara online, melihat jadwal kelas, menerima atau
mengirim e-mail kepada sesama peserta didik, bahkan dimungkinkan untuk melihat
hasil tes mereka, kapan dan dimana saja. Dengan VOISS juga dimungkinkan adanya
forum diskusi interaktif yang dapat melibatkan peserta didik dengan staf
pengajar mereka tanpa harus berkumpul dalam sebuah ruangan serta mampu
menghubungkan seorang staf pengajar dengan sejumlah peserta didik dari suatu wilayah
geografis.
Walaupun demikian, e-learning tidak
benar-benar menjadi alternatif proses pembelajaran yang menggantikan proses
pembelajaran tradisional secara holistik, melainkan hanya sebagai pelengkap.
Kombinasi keduanyalah yang akan menghasilkan sinergi yang produktif. Proses
pembelajaran secara fisik di sekolah akan menjaga nilai dari human interaction,
sedangkan e-learning akan memberikan akses pada knowledge resource yang sangat
kaya dari internet.
· Dampak e-learning
E-learning berdampak besar pada dunia
pendidikan. Para pelajar merasakan pola belajar yang berbeda dibandingkan kelas
konvensional. Para pelajar dapat memilih sendiri cara belajar yang dirasa
paling cocok dengan kepribadian mereka ketika mengikuti kelas e-learning. Para
pendidik juga merasakan dampak dari penggunaan e-learning terhadap metode
pengajaran yang digunakan. Mereka perlu melakukan adaptasi dalam cara
pengajaran yang disampaikan yang tentunya berbeda dengan metode konvensional.
Selain itu juga diperlukan keahlian dalam menyediakan materi pembelajaran yang
menarik untuk digunakan melalui sistem e-learning dan menggunakan fitur-fitur
yang disediakan pada sistem e-learning dengan optimal dan efisien.
Namun selain dampak positif dari e-learning,
perlu diperhatikan pula segi pembiayaannya yang relatif mahal. Jika
dibandingkan dengan kelas konvensional, biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan
e-learning ternyata lebih besar karena infrastruktur yang dibutuhkan untuk
kelangsungan e-learning juga menuntut investasi yang besar. Perbedaan biaya ini
bisa terjadi karena memang dunia pendidikan e-learning sangat jauh berbeda
dengan dunia pendidikan konvensional, sehingga keahlian dan infrastruktur yang
dibutuhkan jauh berbeda. Infrastruktur ini bukan hanya terdiri dari
infrastruktur teknologi, tetapi juga mencakup infrastruktur non-teknologi yang
dibutuhkan untuk mendukung jalannya e-learning, seperti misalnya biaya
penyediaan materi, biaya pemasaran dan juga biaya sumber daya manusia yang
dibutuhkan. Biaya-biaya ini tentunya akan semakin besar seiring dengan kualitas
yang ingin dicapai melalui e-learning.
Adanya masalah biaya ini menyebabkan beberapa
institusi pendidikan yang memiliki keterbatasan finansial memilih untuk bekerja
sama dengan institusi pendidikan lain atau perusahaan penyedia layanan
pengembangan sistem e-learning untuk menyelenggarakan e-learning. Tetapi
perusahaan yang memiliki cukup dana dapat mengembangkan sendiri sistem
e-learning yang digunakannya dan bahkan pada beberapa kasus, sistem tersebut
dapat juga digunakan oleh pihak eksternal perusahaan. Walau biayanya sangat
besar, e-learning tetap menarik perhatian karena e-learning menawarkan suatu
yang sangat berbeda dan tidak dimiliki oleh kelas konvensional.
KESIMPULAN
Gelombang inovasi teknologi terjadi melalui
beberapa tahap yakni diantaranya adalah tahap pertama difokuskan untuk
peningkatan produktivitas dan memperkecil biaya, tahap kedua difokuskan untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan peralatan computer melalui pembangunan
jaringan computer, tahap ketiga difokuskan untuk menghasilkan keuntungan lewat
pembangunan program sistem informasi, tahap keempat difokuskan untuk membantu
proses pengambilan keputusan, tahap kelima difokuskan untuk meraih pelanggan,
dan tahap keenam mengembangkan sistem jaringan tanpa kabel. Gelombang inovasi
teknologi yang berkembang pesat mendapat sambutan baik di dunia pendidikan.
Banyak organisasi pendidikan yang menerapkan teknologi informasi, dan salah
satu bentuk nyatanya adalah diberlakukannya sistem informasi akademik
dan e-learning. E-learningmerupakan proses pembelajaran yang
memadukan antara metode tatap muka dengan metode online. Dengan diberlakukannya
metode e-learning ini banyak damapk positif yang diterima dan terdapat dampak
negatif pula. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan dan strategi-strategi
untuk menerapkan metode pembelajaran e-learning agar proses pembelajaran bisa
berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan mencapai tujuan pedidikan.
Salah satu hal yang penting dalam penerapan
teknologi innformasi di dunia pendidikan adalah pendekatan human-centered.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang digunakan dalam manajemen informasi
yang menekankan pada pemikiran bagaimana orang menggunakan informasi. Dalam
pendekatan human-centered, teknologi dan proses didesain untuk membuat
sistem kerja manusia menjadi lebih efektif dan memuaskan. Disini, titik
tekannya adalah manusia harus mampu untuk menguasai, mengoperasikan, serta
mengendalikan informasi dengan berbasis teknologi yang ada. Selain itu,
unsure-unsur penting dalam penggunaan atau penerapan teknologi adalah keamanan
sistem informasi, moral, etika, dan hukum teknologi informasi. Dalam
menggunakan serta memanfaatkan teknologi informasi, kita harus tetap
memperhatikan moral, etika, serta hukum yang berlaku, dan tetap menjaga
keamanan sistem informasi.
Apa saja bukti pengaruh media sosial kehidupan Anda?
Apa dampak dari media sosial seperti Facebook, Twitter atau
Instagram menurut sains terhadap kesehatan mental Anda.
Tiga milliar orang, sekitar 40% populasi
dunia, menggunakan media sosial- dan menurut sejumlah laporan, kita
menghabiskan rata-rata dua jam setiap hari untuk membagikan, menyukai, menulis
cuitan dan memperbaharui perangkat ini. Artinya sekitar setengah juta cuitan
dan foto Snapchat dibagikan setiap menit.
Ketika media sosial memiliki peran besar
terhadap kehidupan kita, apakah kita dapat mengorbankan kesehatan dan
kesejahteraan jiwa serta waktu kita? Apa sesungguhya bukti yang ditemukan?
Karena media sosial masih baru bagi kita, masih
terbatas pula kesimpulan-kesimpulan yang cukup tegas. Riset yang ada kebanyakan
bersandar pada pelaporan mandiri, yang seringkali tak kredibel. Dan mayoritas
studi menfokuskan pada Facebook. Artinya, ini merupakan area riset yang
berkembang pesat, dan berbagai petunjuk mulai bermunculan. BBC Future mengkaji
penemuan sains tersebut:
STRES
Orang
menggunakan media sosial untuk melampiaskan segalanya mulai dari layanan
konsumen hingga politik, namun kelemahannya adalah seringkali unggahan kita
menyerupai stres yang tak ada habisnya. Pada 2015, peneliti pada Pew Research Center yang berbasis di
Washington DC berupaya untuk mengetahui apakah media sosial lebih menyebabkan
stres dan bukannya menguranginya.
Dalam survei yang melibatkan 1.800 orang,
perempuan disebutkan lebih mengalami stres dibandingkan laki-laki. Ditemukan
Twitter menjadi “penyumbang penting” karena meningkatkan kesadaran mereka akan
tekanan yang dialami orang lain.
Namun Twitter juga bertindak sebagai mekanisme
penanggulangan – dan semakin banyak perempuan menggunakannya, semakin berkurang
stres mereka. Efek yang sama tidak ditemukan pada pria, yang disebutkan
peneliti bahwa lebih memiliki hubungan yang berjarak dengan media sosial.
Secara keseluruhan para peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial
terkait dengan stres “dengan tingkat yang lebih rendah”.
SUASANA HATI
Pada 2014, peneliti di Austria menemukan bahwa
mood atau suasana hati para responden mereka lebih rendah setelah menggunakan
Facebook selama 20 menit dibandingkan mereka yang hanya berselancar di
internet. Studi menunjukkan bahwa orang merasa seperti itu karena mereka
melihat hal itu membuang waktu.
Suasana hati yang baik atau buruk juga
menyebar antar orang di media sosial, menurut peneliti dari Universitas
California, yang menilai konten emosional dari lebih satu milliar unggahan
status dari lebih 100 juta pengguna Facebook antara 2009 dan 2012.
Cuaca buruk meningkatkan jumlah unggahan
negatif sampai 1%, dan peneliti menemukan bahwa satu unggahan negatif seseorang
di kota yang sering diguyur hujan mempengaruhi 1,3 postingan negatif lainnya
dari handai taulan yang tinggal di kota yang panas. Berita baiknya adalah
unggahan yang menyenangkan memiliki pengaruh yang lebih kuat; masing-masing
menginspirasi lebih dari 1,75 unggahan ceria. Apakah sebuah unggahan bahagia
dapat mendorong meningkatkan suasana hati, masih belum jelas juga.
KECEMASAN
Para
peneliti mengkaji kecemasan yang disebabkan media sosial, ditandai dengan
perasaan gelisah dan khawatir, dan susah tidur dan berkonsentrasi. Sebuah studi
yang dipublikasikan dalam jurnal Computers and Human Behaviour menemukan bahwa
orang-orang yang menggunakan tujuh atau lebih jenis media sosial bisa menderita
tiga kali atau lebih gejala kecemasan dibandingkan mereka yang hanya
menggunakan 0-2 media sosial.
Masih tak jelas jika dan bagaimana media
sosial menyebabkan kegelisahan. Peneliti dari Universitas Babes-Bolyai di
Romania mengkaji penelitian yang sudah ada mengenai hubungan antara kecemasan
sosial dan jejaring sosial pada 2016, dan hasilnya masih beragam. Mereka
menyimpulkan bahwa dibutuhkan penelitian lebih jauh.
DEPRESI
Sementara sejumlah penelitian menemukan kaitan
antara depresi dan penggunaan media sosial, berkembang penelitian mengenai
bagaimana media sosial dapat benar-benar menjadi alat untuk maksud dan tujuan
yang bagus.
Dua
penelitian yang melibatkan lebih dari 700 siswa menemukan bahwa gejala depresi,
seperti suasana hati yang rendah dan perasaan tidak berarti dan tanpa harapan,
terkait dengan kualitas interaksi online. Para peneliti menemukan gejala depresi yang lebih tinggi di
antara mereka yang dilaporkan memiliki lebih banyak interaksi negatif.
Sebuah studi serupa yangdilakukan pada 2016
melibatkan 1.700 orang menemukan risiko depresi dan kecemasan mencapai tiga
kali lipat di antara orang-orang yang paling banyak menggunakan platform media
sosial. Penyebabnya, perkiraan mereka, termasuk perundungan siber, memiliki
pandangan terdistorsi mengenai kehidupan orang lain, dan merasa menghabiskan
waktu di media sosial merupakan sebuah pemborosan waktu.
Bagaimanapun, seperti yang dieksplorasi BBC
Future pada bulan ini, para saintis juga mengkaji bagaimana media sosial dapat
digunakan untuk mendiagnosa depresi, yang dapat membantu orang untuk
mendapatkan perawatan lebih dini. Para peneliti untuk Microsoft mensurvei 476
orang dan menganalisa profil Twitternya untuk mencari kata-kata depresif, gaya
bicara, hubungan dan emosi. Lalu mereka mengembangkan pengklasifikasian yang
secara akurat dapat memprediksi depresi sebelum menimbulkan gejala pada tujuh
dari 10 kasus.
Tahun lalu, para peneliti dari Universitas
Havard dan Vermont menganalisa 166 foto orang di Instagram untuk menciptakan
perangkat serupa dan menghasilkan tingkat keberhasilan yang sama.
TIDUR
Dulu manusia menghabiskan waktu mereka di
malam hari dalam kegelapan, namun kita kita dikelilingi dengan pencahayaan
buatan sepanjang siang dan malam hari. Para peneliti telah menemukan bahwa
cahaya buatan ini dapat menghambat produksi hormon melatonin pada tubuh yang
memudahkan untuk tidur. Dan cahaya biru, yang dipancarkan layar telepon pintar
dan laptop dianggap sebagai biang keladinya. Dengan kata lain, jika Anda
berbaring di atas bantal pada malam hari dengan mengecek Facebook dan Twitter,
tidur Anda akan gelisah.
Tahun
lalu, para peneliti dari Universitas Pittsburgh bertanya pada 1.700 orang
dengan rentang usia 18- sampai 30-tahun mengenai kebiasaan menggunakan media
sosial dan tidur mereka. Para peneliti menemukan sebuah kaitan gangguan tidur –
dan menyimpulkan cahaya biru merupakan salah satu penyebabnya. Seberapa sering
mereka login,
dan bukan brapa waktu yang dihabiskan di situs media sosial, diperkirakan
merupakan penyebab dari gangguan tidur, yang menunjukkan sebuah sikap
“pengecekan (media sosial) yang obsesif”, seperti dijelaskan oleh peneliti.
Para peneliti mengatakan masalah ini dapat
disebabkan oleh gairah psikologis sebelum tidur, dan cahaya terang dari
perangkat kita dapat menghambat ritme. Tetapi mereka tak dapat memastikan
apakah media sosial menyebabkan gangguan tidur, atau apakah mereka yang
terganggu tidurnya menghabiskan waktu lebih lama di media sosial.
KECANDUAN
Meskipun pendapat dari sejumlah peneliti
menyebutkan bahwa menulis cuitan mungkin lebih sulit dicegah dibandingkan
dengan rokok dan alcohol, kecanduan media sosial tidak termasuk dalam diagnosa
manual untuk gangguan kesehatan mental. Disebutkan, media sosial berubah lebih
cepat dari yang dapat ikuti oleh para ilmuwan, jadi berbagai kelompok berupaya
untuk melakukan studi perilaku kompulsif terkait dengan penggunaannya- sebagai
contoh ilmuwan dari Belanda telah membuat skala mereka sendiri untuk mengidentifikasi
kemungkinan kecanduan.
Dan jika kecanduan media sosial memang ada,
itu akan merupakan sebuah tipe kecanduan internet- dan itu tergolong merupakan
sebuah gangguan (kesehatan). Pada 2011, Daria Kuss dan Mark Griffiths dari
Universitas Nottingham Trent di Inggris menganalisa 43 studi sebelumnya yang
mengkaji masalah tersebut, dan menyimpulkan bahwa kecanduan media sosial
merupakan gangguan mental yang “mungkin” membutuhkan perawatan profesional.
Mereka menemukan bahwa penggunaan berlebihan
berkaitan dengan adanya masalah dalam hubungan, pencapaian akademik buruk dan
kurang berpartisipasi dalam komunitas yang tidak terkait dengan internet.
Disimpulkan pula bahwa mereka yang lebih rentan terhadap kecanduan media sosial
antara lain mereka yang memiliki ketergantungan pada alkohol, orang yang sangat
tertutup, dan mereka yang menggunakan media sosial sebagai kompensasi karena
kurangnya hubungan pada kehidupan nyata.
KEPERCAYAAN DIRI
Majalah perempuan dan penggunaan model dengan
berat badan rendah dan foto yang diedit sejak dulu disebut mengacau-balaukan
kepercayaan diri perempuan muda. Namun saat ini, media sosial dengan filter dan
pencahayaan serta sudut pengambilan gambar yang cerdas, menjadi perhatian para
aktivis.
Situs media sosial membuat separuh penggunanya
merasa tidak puas, menurut survei yang melibatkan 1.500 orang oleh sebuah badan
pendukung kaum disabilitas, Scope. Dan separuh dari orang berusia 18-34 tahun
mengatakan hal itu membuat mereka merasa tidak menarik.
Sebuah studi yang dilakukan pada 2016 lalu di
Penn State University menunjukkan bahwa melihat swafoto seseorang menurunkan
kepercayaan diri, karena para pengguna membandingkan diri mereka dengan foto
orang yang tampak paling bahagia. Para peneliti dari Universitas Strathclyde,
Universitas Ohio dan Universitas Iowa juga menemukan bahwa perempuan
membandingkan dirinya secara negatif terhadap swafoto perempuan lain.
Tetapi bukan hanya swafoto yang dapat
menurunkan kepercayaan diri. Sebuah studi pada 1.000 orang Swedia pengguna
Facebook menemukan bahwa perempuan yang menghabiskan waktu lebih banyak di
Facebook dilaporkan merasa kurang bahagia dan kurang percaya diri. Para
peneliti menyimpulkan: “Ketika pengguna Facebook membandingkan kehidupan mereka
dengan kehidupan orang lain yang tampak lebih sukses dalam karir dan memiliki
hubungan yang bahagia, mereka dapat merasa bahwa kehidupan mereka kurang sukses
dibandingkan dengan mereka.”
Namun, salah satu studi terbatas
mengisyaratkan bahwa dengan melihat profil Anda sendiri, bukan orang lain,
mungkin memberikan peningkatan ego. Para peneliti dari Universitas Cornell di
New York menempatkan 63 mahasiswa dalam kelompok yang berbeda. Sebagai contoh,
beberapa duduk dengan cermin yang diletakkan di layar computer, sementara yang
lainnya duduk di depan foto profil Facebook mereka sendiri.
Facebook memiliki dampak yang positif terhadap
kepercayaan diri dibandingkan dengan aktivitas lain yang meningkatkan kesadaran
diri. Para peneliti menjelaskan cermin dan foto-foto membuat kita membandingkan
diri kita sendiri dengan standar sosial, sementara melihat profil kita sendiri
di Facebook mungkin meningkatkan kepercayaan diri karena lebih mudah
mengendalikan bagaimana kita menampilkan diri kepada dunia.
KESEJAHTERAAN JIWA
Dalam sebuah penelitian dari 2013, para
peneliti menulis pesan terhadap 79 peserta lima kali dalam sehari selama 14
hari, menanyakan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana mereka menggunakan
Facebook sejak pesan terakhir. Makin banyak waktu yang dihabiskan di situs,
makin buruk perasaan mereka sesudahnya, makin turun pula kepuasaan hidup mereka
seiring bertambahnya waktu.
Namun penelitian yang lain telah menemukan,
bahwa bagi sejumlah orang, media sosial dapat meningkatkan kesejahteraan jiwa
mereka. Peneliti pemasaran Jonah Berger dan Eva Buechel menemukan bahwa orang
yang secara emosional tak stabil tampaknya lebih sering mengunggah emosi
mereka, yang dapat membantu mereka mendapatkan dukungan dan bangkit setelah
mendapatkan pengalaman yang negatif.
Secara keseluruhan, dampak media sosial
terhadap kesejahteraan merupakan hal yang ambigu, menurut sebuah makalah yang
ditulis oleh para peneliti dari Belanda pada tahun lalu. Bagaimanapun, mereka
memperkirakan bahwa ada bukti yang lebih jelas mengenai dampak terhadap salah
satu kelompok orang: media sosial memiliki banyak efek negatif terhadap
kesejahteraan bagi mereka yang secara sosial lebih terkucil.
HUBUNGAN
Jika
Anda pernah berbicara dengan seorang teman yang tengah mengecek Instagramnya
melalui telepon genggamnya, Anda mungkin bertanya-tanya apa akibat media sosial
terhadap hubungan orang. Bahkan kehadiran telepon dapat menganggu interaksi
kita, terutama ketika kita berbicara mengenai sesuatu yang penting, menurut
sebuah studi terbatas. Para peneliti yang menulis dalam Journal of Social and Personal
Relationships,menugaskan
34 pasangan yang tak saling kenal agar melakukan percakapan selama 10 menit
mengenai sebuah peristiwa menarik yang terjadi pada mereka baru-baru ini.
Masing-masing pasangannya duduk di dalam sebuah bilik, dan separuh dari mereka
menaruh telepon genggamnya di atas meja.
Mereka yang sering mengintip telepon genggam
kurang meyakinkan ketika diminta mengingat interaksi mereka, melakukan
percakapan yang kurang berarti dan dilaporkan merasa kurang dekat dengan mitra
mereka dibandingkan dengan orang lain yang memiliki buku catatan di atas
mejanya.
Hubungan romatis juga tidak kebal. Peneliti di
Universitas Guelph di Kanada melakukan survei pada 300 orang berusia 17-24
tahun pada 2009 lalu mengenai apakah ada kecemburuan ketika menggunakan
Facebook. Pertanyaannya antara lain, ‘Seberapa besar Anda merasa cemburu
setelah pasangan Anda menambah teman lawan jenis yang tidak dikenal?’.
Perempuan menghabiskan lebih banyak waktu di
Facebook dibandingkan laki-laki, dan secara signifikan lebih merasa cemburu
ketika mengaksesnya. Para peneliti menyimpulkan mereka “merasa lingkungan
Facebook menciptakan perasaan tersebut dan meningkatkan kekhawatiran mengenai
kualitas hubungan mereka”.
IRI
Dalam sebuah studi yang melibatkan 600 orang
dewasa, sekitar sepertiganya mengatakan media sosial telah membuat mereka
merasakan emosi negatif- kebanyakan frustasi- dan iri merupakan salah satu penyebab
utama. Ini dipicu oleh kecenderungan membandingkan kehidupan mereka dengan yang
lain dan penyebab tamanya adalah foto orang lain yang sedang melancong.
Perasaan iri hati menyebabkan sebuah “pusaran kecemburuan”, di mana orang
beraksi dengan iri dengan menambahkan konten serupa yang membuat mereka iri
pada profil mereka.
Bagaimanapun, iri hati bukanlah sebuah emosi
yang destruktif- hal itu seringkali membuat kita bekerja lebih keras, menurut
para peneliti dari Universitas Michigan dan Universitas Wisconsin-Milwaukee.
Mereka bertanya pada 380 mahasiswa untuk melihat pada foto-foto dan tulisan
dari Facebook dan Twitter yang dapat “menimbulkan iri hati”, termasuk unggahan
tentang barang-barang mahal, bepergian untuk liburan dan bertunangan. Namun
tipe iri hati yang ditemukan para peneliti merupakan “iri jinak”, yang mereka
sebut menyebabkan orang bekerja lebih keras.
KESEPIAN
Sebuah
studi yang dipublikasikan di Journal of Preventive MedicineAmerika pada tahun lalu,
mensurvei 7.000 orang yang berusia 19 sampai 32 tahun dan menemukan bahwa
mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, memiliki risiko
dua kali lipat untuk mengalami keterkucilan sosial, yang meliputi rendahnya
rasa sosial, kurang hubungan dengan sesama dan menjalani hubungan dengan
berarti.
Para peneliti menyebutkan, menghabiskan waktu
lebih banyak di media sosial dapat menggantikan interaksi tatap muka, tapi juga
dapat membuat orang merasa terasing.
“Paparan terhadap penggambaran yang sangat
ideal tentang kehidupan rekan sebaya memunculkan perasaan iri hati dan
keyakinan yang keliru bahwa orang lain lebih bahagia dan memiliki kehidupan
yang lebih sukses, yang mungkin meningkatkan perasaan keterkucilan sosial. “
KESIMPULAN
Sangat jelas bahwa belum cukup bahan untuk
menarik kesimpulan yang kuat. Bagaimanapun, bukti-bukti menunjuk pada satu
arah: media sosial mempengaruhi orang secara berbeda, tergantung pada kondisi
dan kepribadian yang sudah ada sebelumnya.
Seperti makanan, judi dan banyak godaan
lainnya di zaman modern, mungkin bagi sejumlah individu tidak disarankan
penggunaan berlebihan. Namun di saat yang sama, bisa juga salah mengatakan
bahwa media sosial secara universal merupakan sesuatu yang buruk, karena jelas
membawa juga banyak manfaat bagi kehidupan kita.
ANALISIS ARTIKEL DAN KAITANNYA DENGAN TEORI PSIKOLOGI
Sisi Psikologis Belajar dengan Menggunakan E-Learning
Inovasi dalam pembelajaran kognitif sains
diantaranya adalah Model pembelajaran berbasis teknologi informasi (web) yakni
perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap inovasi model
pembelajaran. Diawali dari penggunaan komputer dalam pembelajaran secara
offline, kemudian berkembang dengan penggunaan web dalam pembelajaran secara
online. Penemuan teknologi yang dapat digunakan sebagai fasilitas pendidikan
seperti komputer, CD-ROM & LAN telah mendorong inovasi model
pembelajaran. E-learning memberikan pengaruh besar dalam inovasi model
pembelajaran. E-Learning identik dengan penggunaan teknologi internet untuk
menyampaikan materi kuliah. Hal terakhir yang akan dibahas adalah isu yang
dipandang dari perspektif pelajar, yaitu sisi psikologis mereka dalam mengikuti
pelajaran melalui sistem e-learning. Hal ini menjadi isu yang paling utama
karena pelajar adalah aktor yang paling utama dalam suatu proses pembelajaran.
Dalam bagian ini, sisi motivasi, disiplin diri, dan emosi adalah tiga hal yang
akan dibahas untuk menganalisa efektivitas proses pembelajaran dari sisi
pelajar.
1. Motivasi
Teori Motivasi Abraham Maslow. Motivasi dapat
diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari
luar individu (motivasi ekstrinsik).Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan terhadap kualitasperilaku yang ditampilkannya,
baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupanlainnya. Motivasi
sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya seseorang dalam melakukan
sesuatu.Motivasi juga berfungsi sebagai pendorong individu untuk memulai maupun
meneruskankegiatannya. E-learning sebagai suatu aktivitas juga menuntut para
pelajar untuk memilikimotivasi yang kuat apabila ingin sukses dalam proses
pemebelajaran yang diikutinya.Terlebih lagi sistem e-learning adalah sistem
yang menuntut usaha dari individu, sehinggamotivasi diri haruslah kuat dan
datang dari individu tersebut.
2. Emosi
Kata
emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kataini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi.Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiranyangkhas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Biasanya emosimerupakan reaksiterhadap rangsangan
dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembiramendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,emosi
sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.Emosiberkaitan dengan perubahan
fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakansalah satu aspek penting
dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivatorperilaku dalam
arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional
manusia.(Prawitasari,1995).Emosi memiliki peranan penting dalam proses
pembelajaran, termasuk pembelajaran e-learning. Jika para peserta dapat
mengadaptasikan dirinya dengan e-learning, maka emosipositif pun dapat muncul,
seperti antusiasme tinggi dan kebanggaan atas prestasi yangdiperoleh. Untuk
itu, yang diperlukan adalah strategi yang tepat dari sisi pelajar
untukmenghadapi kondisi dan situasi dalam e-learning, sehingga akan
meningkatkan efek dariemosi positif dan mengurangi efek dari emosi negatif.
3. Gaya Belajar
Menurut
Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa
untukmengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung
jawabnya untukmendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar di kelas/sekolahmaupun tuntutan dari mata pelajaran.Macam-macam gaya
belajar bisa di ketahui yaitu, gaya belajar kinesteti, gaya belajar Visual,dan
gaya belajar Auditori.Gaya belajar Visual, yaitu gaya belajar menggunakan
alat penghindraan seperti penglihatanatau mata, belajar dari berbagai gambar,
warna, bentuk. Siswa mampu belajar denganmenggunakan gambar atau slide yang ada
gambarnya baru siswa mudah memahaminya.
4. Gaya belajar Kinestetik, yaitu gaya belajar yang menggunakan
cara fisik dan melibatkan aktivitasnya secara langsung, biasanya gaya belajar
ini menggunakan gerakan tubuh, sentuhan dan merasakannya sendiri, misal pada
gaya belajar kinestikan siswa suka dengan olahraga secara langsung atau
langsung ke lapangan, siswa belajar dengan tidak bisa tenang selalu ada cara
untuk belajar. Gaya belajar Auditori, gaya belajar ini menggunakan alat indera
pendengaran, siswa yang mempunyai gaya belajar Auditori ini mengandalkan
kesuksesannya dengan menggunakan telinga, misal siswa yang mempunyai gaya
belajar auditori suka berdiskusi verbal dan siswa mudah memahami apa yang
dikatakan guru memalui pendengarannya. Mengenai gaya belajar, yang perlu
diperhatikan adalah sifat dari sistem e-learning yang memberi kebebasan bagi
para pesertanya untuk memilih cara belajar yang paling cocok dengan kepribadian
pelajar tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk memilih gaya belajarnya
masing-masing tanpa harus mengganggu siswa lainnya. Hal ini tentunya dapat
mendatangkan keuntungan bagi para pelajar. Namun, para peserta harus dapat
menjaga dirinya agar tetap disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran dengan
baik dan konsisten.
Dampak positive dengan adanya teknologi bagi
perkembangan SDM
Dampak positive yang kita ambil dalam
pemanfaatan system e-learning dilihat menurut psikologi kognitif adalah sebagai
berikut. Psikologi kognitif membahas persepsi terhadap informasi,membahas
pemahaman tentang informasi, membahas alur pikiran apakah anda menentukan atau
tidak. Secara singkat pengertian psikologi kognitif adalah ilmu yang
menyelidiki pola pikir manusia. Menurut Sears, dalam psikologi kognitif
ada beberapa prinsip dasar, salah satunya adalah: “Individu dapat memperhatikan
objek dengan mengamati sesuatu sesuatu sebagai hal yang menyolok (figure) dan
yang lain sebagai latar belakang (ground). Biasanya rangsangan yang bergerak,
berwama, bersuara, unik, dekat, merupakan figure. Sedangkan rangsangan yang
lembut, tidak menarik, tidak bergerak, tidak bersuara, umum, jauh, merupakan
ground”.
Internet menyediakan sebuah sarana E-Learning
yang dapat mengurangi “kejenuhan & kebosanan” yang banyak melekat pada
anak-anak zaman milenial ini. Anak-anak yang sudah terbiasa duduk berjam-jam
untuk gadget dan komputernya tidak terbiasa lagi dengan cara belajar
konvensional yaitu membaca buku tebal, mendengarkan guru berbicara dan sulit
sekali untuk mendapatkan fokus anak-anak untuk serius belajar. Internet
membantu hal tersebut dengan memberikan fasilitas e-learning yang punya
bermacam-macam fitur, contohnya materi dijelaskan dengan menggunakan figure
yang mencolok dan membuat anak tetap tertarik mendengarkan suatu materi
belajar. Sebagai contoh, dibuatnya materi berbentuk video kartun, materi
diajarkan lewat permainan-permainan menarik dan bisa membantu pemahaman akan
materi yang telah disampaikan. Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi
kognitif ini menelaah bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep dan
menyelesaikan masalah. Hal yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori
belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori. Video yang seorang
anak tonton, bisa diulang berkali-kali dan semakin Ia menonton video materi
tersebut, ada kemungkinan besar ia akan paham apa yang disampaikan dalam video
tersebut.
Adanya fitur tatap-muka online pun dapat menambah ketertarikan anak dalam
belajar. Sang anak akan merasakkan adanya daya Tarik yang berbeda dari yang
biasanya Ia dapatkan saat belajar di sekolah. Dengan adanya cara mengajar
tatap-muka online, tidak menutup kemungkinan anak akan lebih semangat dan
terpacu untuk mengikuti materi yang disampaikan oleh guru karena ia
melakukannya menggunakan barang yang disetiap waktunya ia pakai yaitu gadget
maupun computer. Adanya pengalaman yang berbeda dapat meningkatkan minat anak
dalam menerima materi yang disampaikan oleh sang guru.
Mengenai dampak internet sebagai alat
explorasi diri, tentu internet akan bermanfaat jika mampu meningkatkan
kehidupan seseorang, dan sebaliknya menjadi penyakit jika membuat kacau
kehidupan orang tersebut. Pengaruh buruk akan terjadi jika internet digunakan
sebagai sarana untuk mengisolasi diri. Banyak orang tidak sadar bahwa
lama-kelamaan menutup diri terhadap komunikasi sosial dengan kebanyakan
ngebrowse atau karena internet dapat dipakai sebagai pelarian dari
masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadian. Hal itu dapat terjadi
karena ada individu yang menampilkan kepribadian yang berbeda pada saat online
11 Universitas Pasundan dengan offline. Motivasi dibalik itu tentu berbeda
antara satu orang dengan yang lain. Permasalahan akan rumit jika alasannya
adalah karena individu tersebut tidak puas/suka terhadap diri sendiri (mungkin
karena rasa minder, malu, atau merasa tidak pantas), menciptakan dan
menampilkan kepribadian yang lain seringkali lebih suka pada kepribadian hasil
rekayasa yang baru karena tampak ideal. Penulis yakin bahwa teknologi komputer,
internet, electronic game akan berpengaruh pada berbagai aspek psikologi.
Berbagai aspek yang akan terpengaruh akan diuraikan berikut ini;
1. Perbedaan kepribadian Manusia Kehadiran komputer dan internet
telah mengubah dunia kerja, dari tekanan pada kerja otot ke kerja otak.
Implikasinya adalah perbedaan perilaku manusia semakin mengecil. Kini semakin
banyak pekerjaan kaum pria yang dijalankan oleh kaum wanita. Banyak pakar yang
berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai
pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan
perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria
semakin menonjol.
2. Perkembangan Kognitif Berbeda dengan menonton televisi yang
penontonnya bersifat pasif, internet dan permainan elektronik sangat bersifat
interaktif. Internet dan permainan elektronik dapat merangsang pertumbuhan
kecerdasan anak-anak dan orang dewasa.
3. Perkembangan Seksualitas Selain dapat digunakan untuk berpacaran
melalui progam internet relay chatting (IRC), internet dapat pula digunakan
untuk mengakses gambar dan film porno. Walaupun gambar porno dan cerita porno
dapat diperoleh dari berbagai surnber, kehadiran internet semakin menyemarak
perolehan pornografi tersebut. Banyak pakar yang berpendapat bahwa rangsangan
seksual yang diperoleh anak akan mempercepat proses kematangan seksual (Conger,
1975).
4. Kecemasan Teknologi Smart products yang dikontrol oleh sistem
komputer seperti mobil, rumah, kartu, dan lain-lain akan menjadi sumber stres
yang besar bila terjadi gangguan dalam sistem komputernya. Fenomena stres
seperti ini yang disebut dengan technostress (Hanson, 1989). Stres karena
teknologi adalah salah satu sumber stres dalam kehidupan manusia. Tentu saja
banyaknya informasi yang masuk melalui email atau internet dapat pula
menyebabkan information overload, dan ini menjadi sumber stres yang lain.
Berapa besar dampak stres teknologi ini pada kehidupan manusia, sepengetahuan
penulis belum pernah ada studi yang mengidentiflkasinya.
5. Pola Interaksi Antar Manusia Kehadiran komputer pada kebanyakan
rumah tangga golongan menengah ke atas telah mengubah pola lnteraksi keluarga.
Komputer yang disambungkan dengan telepon telah membuka peluang bagi siapa saja
untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC),
internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri.
Selain itu tersedianya berbagai warung internet (warnet) telah memberi peluang
kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri
untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak
orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program
internet relay chatting (IRC) anakanak bisa asyik mengobrol dengan teman dan
orang asing kapan saja.
6. Penggusuran Manusia Dalam kehidupan yang digerakkan oleh
teknologi informasi (komputer dan internet) kesuksesan hidup di dunia sangat
tergantung pada penguasaan pengetahuan, dan kemampuan mengelola emosi, dan
kemampuan mengelola hubungan sosial. Banyak pakar berpendapat bahwa kunci
sukses untuk mengarungi kehidupan turbulensi perubahannya sangat tinggi, orang
harus memiliki empat modal, yakni intellectual capital, social capital, soft
capital, and spiritual capital (Ancok, 1998: Ancok, 1999; Nahapiet &
Ghoshal, 1998). Persingan dalam kehidupan, baik itu kehidupan bisnis, kehidupan
bermasyarakat. maupun kehidupan individual sangat ditentukan oleh kemampuan berinovasi.
Untuk bisa berinovasi diperlukan kreativitas yang tinggi dan 14 Universitas
Pasundan pengetahuan yang luas. Teknologi informasi telah mengubah dunia kerja,
dari kerja yang bertumpu pada otot ke pekerjaan yang bertumpu pada otak.
Pekerjaan masa sekarang lebih menuntut karyawan yang berpengetahuan (know ledge
workers). Kondisi ini akan membuat jurang sosial antara mereka yang
berpengetahuan (know) dan yang tidak berpengetahuan (know-not). Yang tidak
memi1iki pengetahuan akan tergusur dari dunia kerja (Tappscott, 1996). Selain
itu ada korelasi antara pengetahuan dan kekuasan (power). Mereka yang mempunyai
pengetahuan akan memiliki kekuasaan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekuasaan
bisa memiliki pengetahuan, karena mereka bisa menggunakan orang yang
berpengetahuan untuk kepentingan kekuasaan. Kondisi ini akan membuat jurang
sosial yang lain, yakni jurang antara yang memiliki akses pada kekuasaan dan
yang tidak memiliki akses pada kekuasaan. Golongan ke dua ini akan
termarginalisasi dalam kehidupan. Jurang sosial ini akan menjadi pemicu konflik
yang berwujud keresahan sosial.
7. Kerahasiaan Alat Tes Semakin Terancam Melalui internet dapat
memperoleh lnformasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan
tes psikologi secara langsung dari internet. Tes yang tersedia dalam internet
yang pernah penulis buka antara lain adalah tes asertivitas, locus of control,
tes inteligensi emosional, tes kecemasan. Kini semakin sulit untuk merahasiakan
alat tes karena begitu mudahnya berbagai tes diperoleh melalui internet.
Program tes inteligensi seperti tes Raven, dan Differential Aptitudes Test
dapat diakses melalui compact disk. Implikasi dari permasalahan ini 15
Universitas Pasundan adalah tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan
pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui
internet tersebut.
ANALISIS DAMPAK NEGATIF MEDIA SOSIAL
Berdasarkan kutipan artikel diatas yang di
lansir oleh BBC dampak negatif dari media sosial yaitu:
1.
Stresmenurut Sarafino adalah reaksi atau respon tubuh tergadap
stressor psikososial tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam management
stress ada yang disebut respressive coping yang merupakan cara menghindari
situasi atau pemikiran yang mengingantkan pada sesuatu yang menyebabkan stress dan
melihat dari sisi positif nya. Jika media sosial digunakan untuk melampiaskan
segalanya justru sering kali membuat diri kita stress. Dibuktikan oleh peneliti
dari Pew Research Centerbahwa wanita lebih mengalami stress
di banding laki laki dan media sosial yang menjadi penyumbang utama nya adalah
twitter. Namun twitter bertindak sebagai mekanisme penanggulangan – dan semakin
banyak perempuan menggunakannya, semakin berkurang stres mereka. Terkait
pernyataan hal ini dari artikel diatas juga berkaitan dengan social support yang merupakan salah satu
management stress yang artinya mendapatkan bantuan dari interaksi dengan
orang lain.
2. Suasana hati atau
biasa disebut dengan mood di katakan bahwa hal tersebut menyebar antar org di
media sosial. Menurut teori Keseimbangan Kognitif Heider Seseorang cenderung
menginginkan teman, orang yang di sukai atau dikaguminya memiliki sikap dan
pemikiran yang sama dengan dirinya, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu saat
cuaca buruk meningkatkan jumlah unggahan negatif sampai 1%, dan peneliti
menenmukan bahwa satu unggahan negatif seseorang di kota yang sering diguyur
hujan mempengaruhi 1,3 postingan negative lainnya.
3. Kecemasan yang
disebabkan media sosial dengan ditandai perasaan gelisah menurut saya di karena
kan banyak masyarakat yang belum paham dengan bagaimana kita menempatkan segala
sesuatu yang dikerjakan sesuai porsi nya seperti teori kognitif sosial menurut
Bargh (1999) ini bagaimana cara kita berpikir tentang dunia sosial, bagaimana
cara kita mencoba untuk memahaminya dan bagaimana cara kita memahami diri kita
dan tempat kita di dalam dunia itu.
4.
Depresi hal ini ditemukan dan melibatkan 1700 kasus orang beresiko
depresi dan kecemasan mencapai tiga kali lipat diantara orang orang yang paing
banyak menggunakan platform media sosial dan Para peneliti menemukan gejala
depresi yang lebih tinggi di antara mereka yang dilaporkan memiliki lebih
banyak interaksi negatif.Hal ini dapat berkaitan dengan teori jean
piaget yaitu Akomodasi yang artinya
individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa yang diterima dari
lingkungannya. Semakin berusaha untuk mengubah dan menyesuaikan diri dengan
interaksi yang negative maka hal tersebut bisa saja menyebabkan depresi pada
pengguna nya karena tidak sesuai dengan karakter diri nya sendiri.
5. Tidur kita sebagai pengguna
media sosial sering mengalami gangguan tidur ini. Menurut para peneliti bahwa
cahaya buatan ini dapat menghambat produksi hormon melatonin pada tubuh yang
memudahkan untuk tidur. Dan cahaya biru, yang dipancarkan layar telepon pintar
dan laptop dianggap sebagai biang keladinya. Dengan kata lain, jika Anda
berbaring di atas bantal pada malam hari dengan mengecek Facebook dan Twitter,
tidur Anda akan gelisah.Menurut saya teori jean piaget sangat relevan dalam hal
ini yaitu operasional formal yang berfokus pada kedewasaan “Tingkatan
perkembangan intelektual manusia mempengaruhi kedewasaan, pengalaman fisik,
pengalaman logika, transmisi sosial dan pengaturan sendiri”. Karena masih dalam
tahap perkembangan tersebut kedewasaan individu sedang berekembang yang dimana
dalam hal ini harus bijak dan dewasa memakai media sosial. Maka dari itu
rentang usia yang mengalami gangguan lebih banyak pada usi 18-30 karena semakin
bertambah nya umur akan semakin dewasa dengan pengalaman yang jauh lebih banyak
juga.
6.
Kecanduan menurut peneliti menulis cuitan mungkin lebih sulit dicegah
dibandingkan dengan rokok dan alcohol, kecanduan media sosial tidak termasuk
dalam diagnosa manual untuk gangguan kesehatan mental dan jika kecanduan media
sosial memang ada, itu akan merupakan sebuah tipe kecanduan internet- dan itu
tergolong merupakan sebuah gangguan (kesehatan).Hal ini suatu revolusi luar
biasa dalam peri‐laku manusia, suatu revolusi yang meng‐ubah perilaku manusia. Di
dunia yang ganda ini, antara nyata dan maya, peran besar psikologi sosial
tertan ang di masa depan. Signifikansi penggu‐naan dunia augmented, maya ini
harus diintegrasikan dalam kajian dunia psiko‐logi sosial. Namun semua nya (dunia maya dan nyata) harus
seimbang sesuai dengan teori psiko sosial yaitu Pengaturan sendiri atau ekuilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai
kembali keseimbangan (equilibrium) selama periode
ketidakseimbangan (disequlibrium). (Matt Jarvis,
2011:143)
7. Kepercayaan dirimenurut
ahli bernama Anthony ( 1992 ) yaitu sikap pada diri seseorang yang dapat/bisa
menerima kenyataan, mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki
kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu yang di
inginkan. Sedangkan Hambly ( 1992 ) berpendapat bahwa kepercayaan diri
diartikan sebagai keyakinan terhadap diri sendiri sehingga mampu menagani
segala situasi dengan tenang, kepercayaan diri lebih banyak berkaitan dengan
hubungan seseorang dengan orang lain. Tidak merasa inferior di hadapan siapapun
dan tidak merasa canggung apabila berhadapan dengan banyak orang. Faktor
Kepercayaan Diri Menurut Hurlocks (1999) menjelaskan bahwa perkembangan
kepercayaan diri pada masa remaja dipengaruhi oleh :
· Pola asuh yaitu pola asuh yang demokratis dimana anak diberikan
kebebasan dan tanggung jawab untuk mengemukakan pendapatnya dan melakukan apa
yang sudah menjadi tanggung jawabnya
· Kematangan usia ; remaja yang matang lebih awal, yang
diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang
menyenangkan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
· Jenis kelamin terkait dengan peran yang akan dibawakan. Laki-laki
cenderung merasa lebih percaya diri karena sejak awal masa kanak-kanak sudah
disadarkan bahwa peran pria memberi martabat yang lebih terhormat daripada
peran wanita, sebaliknya perempuan dianggap lemah dan banyak peraturan
yang harus dipatuhi
· Penampilan fisik sangat mempengaruhi pada rasa percaya diri,
daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan penilaian
tentang ciri kepribadian seorang remaja,
· Hubungan keluarga; remaja yang mempunyai hubungan yang erat
dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasi diri dengan orang ini dan
ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Apabila dalam keluarga
diciptakan hubungan yang erat satu sama lain, harmonis, saling menghargai satu
sama lain dan memberikan contoh yang baik akan memberikan pandangan yang
positif pada remaja dalam membentuk identitas diri.
· Teman sebaya; Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian
remaja dalam dua cara ; pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari
anggapan tentang konsep teman – teman tentang dirinya, dan kedua, ia berada
dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh
kelompok. Anthony ( 1992 ) mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang percaya
diri agar anda yang memiliki ciri berikut bisa mengubah setidaknya satu atau dua
point agar lebih bisa percaya diri, yaitu : Cenderung merasa tidak aman.
1) Tidak bebas,
2) Ragu-ragu,
3) Mebuang waktu dalam mengambil keputusan,
4) Perasaan rendah diri,
5) Kurang cerdas,
6) Cenderung menyalahkan lingkungan sebagai
penyebab bila menghadapi suatumasalah.
Kepercayaan diri sangat penting bagi setiap
individu, tetapi jika setiap individu terlalu banyakmenggunakan e-learning
untuk pembelajaran maka kepercayaan individu itu menurun, karenakurang
bersosialisasi dengan orang lain atau tatap muka dengan banyak orang, karna
dampaknegative dari penggunakan e-learning terlalu sering ini akan menurunkan
kepercayaan diriseseorang, akibatnya individu yang terlalu serng menggunakan
e-learning ini ketika bertemudengan individu lain akan merasa cemas, tidak
bebas dsb,
8. Kesejahteraan Jiwa Menurut
Ramos (2007) kesejahteraan psikologis adalah kebaikan, keharmonisan, menjalin
hubungan baik dengan orang lain baik antar individu maupun dalam kelompok.
Berger (2010) Menjelaskan kesejahteraan psikologis ditempat kerja adalah suatu
keadaan dimana seseorang memiliki motivasi, dilibatkan dalam pekerjaannya,
memiliki energi positif, menikmati semua kegiatan pekerjaannya dan akan
bertahan lama pada pekerjaannya. Raz (2004) menambahkan bahwa menjalankan
kegiatan sepenuh hati dan sukses dalam menjalin hubungan dengan dengan orang
lain merupakan makna dari kesejahteraan psikologis, dengan kata lain sumber
dari kesejahteraan psikologis adalah menemukan makna dalam hidupnya. Dimensi
Kesejahteraan Psikologis Menurut Ryff dan Keyes (1995) pondasi kesejahteraan
psikologis adalah individu yang secara psikologis mampu berfungsi secara
positif (Possitive psychological functioning). Dimensi individu yang mempunyai
fungsi psikologis yang positif yaitu:
1. Penerimaan diri (Self-acceptance) Ini merupakan ciri utama
kesehatan mental dan merupakan karakteristik utama dalam aktualisasi diri,
berfungsi optimal dan kematangan. Penerimaan diri yang baik ditandai dengan
kemampuan menerima diri apa adanya. kemampuan tersebut memungkinkan seseorang
untuk bersikap positif terhadap diri sendiri dan kehidupan yang dijalaninya.
Menurut Ryff (1989) hal tersebut menandakan kesejahteraan psikologis yang
tinggi.
2. Hubungan Positif dengan orang lain (Positive relation with
others)Ini juga menekankan adanya kemampuan yang merupakan salah satu
komponenkesehatan mental yaitu kemampuan untuk mencintai orang
lain.Kesejahteraan Jiwa memiliki peranan penting dalam seorang individu,
e-learning memilikidampak negative akan hal ini, karna privacy seorang individu
akan tersebar luas di media sosialbanya orang karna yang sifatnya public,
individu yang terlalu ketergantungan akan e-learningakan sangat membahyakan
dirinya sendiri, karna privacy dirinya akan tersebar luas di mediasosial.
9. Hubungan Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah
hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat
mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan
yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Adapun
Basrowi (20015) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang
mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan
kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi juga
berbentuk tindakan, persaingan, pertikaian dan sejenisnya. Gerungan (2006)
secara lebih mendalam menyatakan interaksi sosial adalah proses individu satu
dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana
dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. Individu yang satu dapat juga
menyesuaikan diri secara aloplastis dengan individu lain, dimana individu yang
lain itulah yang dipengaruhi oleh dirinya yang pertama. Kurangnya hubungan
sosial, mengakibatkan subjek susah dalam memanajemen waktu, mengakibatkan
subjek susah tidur atau insomnia, mengalami terganggunya interaksi sosial
dilingkungan masyarakat dan dari kehadiran internet akan berdampak pada
penurunan prestasi belajar bagi para pelajar dan mahasiswa, serta tidak optimalnya
para pekerja saat sedang bekerja. penggunaan internet dalam jangka panjang juga
dapat menyebabkan seseorang mengabaikan kehidupan nyatanya yang disertai
dengan: penurunan prestasi kerja, waktu tidur yang tidak teratur,nafsu makan
yang menurun,menurunnya rasa ketertarikan untuk berinteraksi dilingkungan
sosial secara langsung.
10.Iri (Kecemburuan Sosial) Anilisis Gordon Alport (1958) tentang
parasangka atau kecemburuan sosial akibat adanya pelapisan sosial yang dikenal
dengan beberapa pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Historis. Pendekatan historis didasarkan atas teori
pertentangan kelas, yaitu konflik antara kelas atas, kelas menengah, dan kelas
bawah. Pertentangan kelas itu diwarnai oleh kondisi saling menyalahkan,
timbulnya prasangka dan kecemburuan sosial. Contohnya prasangka orang kulit
putih terhadap ras negro, yang secara historis dipengaruhi oleh budaya “Tuan”
dan “Budak”.
2. Pendekatan Kepribadian (psikologis).Pendekatan kepribadian
(psikologis) menyatakan bahwa prasangka dan kecemburuansosial sosial
diakibatkan oleh keadaan frustasi yang mendorong tindakan agresif.Menurut teori
ini tindakan agresi, prasangka, dan frustasi lebih ditentukan oleh
tipekepribadian seseorang akibat proses sosialisasi yang keliru terhadap
lingkunganmasyarakatnya.c. Pendekatan Fenomenologis.Pendekatan fenomenologis
menyatakan bahwa prasangka dan kecemburuan sosialdipengaruhi oleh bagaimana
individu memandang masyarakat dan lingkungannya,sehingga persepsilah yang
menyebabkan prasangka dan kecemburuan sosial. Menurutteori ini terjadinya
pelapisan sosial, perbedaan kemampuan, dan tindakan individumerupakan
gejala-gejala yang bersifat fenomenal atau bersifat umum.Banyak kasus- kasus
perampokan, hingga pembunuhan yang dilatarbelakangi dari kecemburuansosial
karena tidak memiliki uang untuk memenuhi biaya kehidupan keluarga. Dalam
kasusberpacaran, muncul rasa ingin memiliki pacar lebih dari satu.
11.Kesepian Santrock (2002) juga mengatakan bahwa kesepian adalah
ketika merasa bahwa tidak seorang pun memahami dengan baik, merasa terisolasi,
dan tidak memiliki seorang pun untuk dijadikan pelarian, saat dibutuhkan atau
saat stress. Menurut Baron dan Bryne (dalam Rara Oktaria, 2006) orang yang
kesepian cenderung untuk menjadi tidak bahagia dan tidak puas dengan diri
sendiri, tidak mau mendengar keterbukaan intim dari orang lain dan cenderung
membuka diri mereka baik terlalu sedikit atau terlalu banyak, merasakan kesia-
siaan (hopelessness), dan merasa putus asa. Sedangkan menurut Robinson (dalam
Rara Oktaria, 2006) menyebutkan bahwa orang yang kesepian merasa terasing dari
kelompoknya, tidak merasakan adanya cinta disekelilingnya, merasa tidak ada
yang peduli dengan dirinya dan merasakan kesendirian, serta merasa sulit untuk
mendapatkan teman. Jenis-jenis Kesepian Menurut Robert Weiss dalam (David O.
Searts, Jonathan L. Freedman & L. Anne Peplau, 1985) membedakan dua
tipe kesepian, berdasarkan hilangnya ketetapan sosial tertentu yang dialami
oleh seseorang:
1. Emotional Loneliness (kesepian emosional) timbul dari ketiadaan
figur kasih sayang yang intim, seperti yang bisa diberikan oleh orang tua
kepada anaknya atau yang bisa diberikan tunangan atau teman akrap kepada
seseorang
2. Social Loneliness (kesepian sosial) terjadi bila orang
kehilangan rasa terintegrasi secara
sosial atau terintegrasi dalam suatu
komunikasi, yang bisa diberikan oleh sekumpulan teman atau rekan kerja.
Kesepian dalam diri individu yang terlalu banyak menggunakan e-learning
berdampak buruk, ia akan terus menerus menggunakan media sosialnya untuk
berkomunikasi dengan temannya atau individu lainnya. Tetapi semakin dia sering
menggunakannya dia akan selali sendiri dan merasa kesepian. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kesepian merupakan suatu keadaan mental dan
emosional seperti desperation (putus asa), impatient-boredom (tidak sabar dan
bosan), self-deprecation (mengutuk diri), dan depression (depresi).
DAFTAR
PUSTAKA
Ayuningtyas,
Fitria dan Abdullah, Ahmad Zakki. 2017. KOGNISI SOSIAL MELALUI SITUS JEJARING
YOUTUBE PADA KOMUNITAS ONLINE (STUDI KASUS PADA KOMUNITAS ONLINE
LINKPICTUREID). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta. Jurnal Komunikasi. Vol. 9, No. 2, Desember 2017,
Hal 137 – 150
https://www.researchgate.net/publication/337985080_DAMPAK_PEMANFAATAN_SISTEM_E-LEARNING_UNTUK_MENINGKATKAN_KUALITAS_SDM(diakses
pada 25 Maret 2020)
https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-42679432(diakses
pada 25 Maret 2020)
http://repository.uin-suska.ac.id/6380/3/BAB%20II.pdf(diakses
pada 25 Maret 2020)
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181105154939-255-344124/6-efek-negatif-kesepian-untuk-kesehatan-mental-dan-fisik(diakses
pada 25 Maret 2020)
http://kecemburuansosial.blogspot.com/2015/11/kecemburuan-sosial.html(diakses
pada 25 Maret 2020)
https://www.kompasiana.com/yogaarief/5b4a1ccbdd0fa80d2131d2c6/melemahnya-interaksi-manusia-di-dunia-nyata-akibat-adanya-media-baru(diakses
pada 25 Maret 2020)
http://wiwiarifiyani.blogspot.com/2016/12/kecemburuan-sosial.html(diakses
pada 25 Maret 2020)
http://5osial.wordpress.com/tag/stratifikasi-sosial-masyarakat-feodal/(diakses
pada 25 Maret 2020)
https://epsikologi.com/psikologi-sosial/(diakses
pada 25 Maret 2020)
http://repository.unpas.ac.id/32884/4/BAB%20II.pdf(diakses
pada 25 Maret 2020)
“TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI SOSIAL”,
2017(diakses pada 25 Maret 2020)
http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/09/teori-teori-dalam-psikologi-sosial.html(diakses
pada 25 Maret 2020)
https://www.kompasiana.com/memeymaysa/54f828d6a333111d5f8b4650/teori-motivasi-abraham-maslow(diakses
pada 25 Maret 2020)
https://www.kompasiana.com/memeymaysa/54f828d6a333111d5f8b4650/teori-motivasi-abraham-maslow(diakses
pada 25 Maret 2020)
http://minartirahayu.blogspot.com/2013/03/pengertian-gaya-belajar-berbagai-macam.html(diakses
pada 25 Maret 2020)
https://www.kompasiana.com/lusiirsyiafitri/5ac21fa416835f56f93ba763/macam-macam-gaya-belajar-sisw(diakses
pada 25 Maret 2020)
http://etheses.uin-malang.ac.id/2221/5/07410011_Bab_2.pdf(diakses
pada 25 Maret 2020)
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/4f521a8b3d611b1241738aed2cd081b9.pdf(diakses
pada 25 Maret 2020)
Ibda,
Fatima. 2015. PERKEMBANGAN KOGNITIF: TEORI JEAN PIAGET. Dosen Fakultas Tarbiyah
Dan Keguruan UIN Ar-Raniry. INTELEKTUALITA – Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni
2015
Soeparno,
koentjoro. 2011. SOCIAL PSYCHOLOGY: THE PASSION OF PSYCHOLOGY.fakultas
psikologi universitas gadjah mada. BULETIN PSIKOLOGI VOLUME 19, NO. 1, 2011: 16
– 28
KELOMPOK
:
•K A R T I K A S U C I
•P U T R I E N U R U
L A U L I A H I Z N Y
•S H O H A I B A T U L A S L
A M I Y A H
•T E R E S A K I S E K
I D I N A S T H A P A N J A I T A N
•T Y A N A C I N T Y
A D E W I
Komentar
Posting Komentar